Pages

Sabtu, 08 Maret 2014

assasin's creed


Jauh sebelum masa Ninja di Jepang di kenal sebagai pembunuh elite. Ada sekte para pembunuh elite yg jauh lebih tua dan jauh lebih banyak mempengaruhi jalannya sejarah.

Sekte ini di kenal dengan sebutan "Al-Hasyasyiin" atau الدعوة الجديدة (al-da'wa al-jadīda) dan tumbuh besar di masa kejayaan imperium islam kuno (1090).

Sekte "" atau bisa juga di sebut "Hashshashin". Ini yg mendasari kata serapan Assassin dalam bahasa inggris yg artinya pembunuh.

Mereka adalah salah satu cabang dari Islam Syi'ah golongan Ismailiyah, sekte ini menyebut dirinya al-da'wa al-jadīda yg berarti panggilan baru. Kebalikan dari golongan Fatimiyah yg merupakan panggilan lama dalam dunia Islam Syi'ah.

Hashshashin dipimpin oleh pemimpin kharismatik yang bernama Hasan-i -Sabbahatau yang dikenal sebagai Al-Mualim, atau "guru besar" kemungkinan nama sekte ini di ambil dari nama Hasan-i-Sabbah.

Markas sekte ini berada di benteng Alamut (sangkar elang dalam bahasa persia) yg terletak di selatan laut kaspia, daerah Iran sekarang. dan para anggotanya merupakan kaum Nizāriyya (Syiah Muslim) yang terusir dari dinasti Fatimiyah Mesir.

Ada rumor yang beredar tentang Hashshashin, yang berkata bahwa cara perekrutan yang dilakukan adalah dengan cara membuat sang calon Hashshashin percaya kalau dia sedang berada di ambang kematian (kemungkinan dengan narkotik sebangsa hashis atau sesuatu yang lebih kuat) sehingga para anggota di menjadi sangat loyal dan menjadi tidak takut mati atau biasa di sebut fadeyeen.

Musuh awal para Hashshashin adalah Dinasti islam turki Seljuk yang menentang keberadaan mereka dan sering membunuhi anggota mereka.

Metode membunuh mereka adalah dengan cara pembunuhan secara diam2 dan hanya mengincar target2 penting saja. Tanpa perlu melakukan pembunuhan besar2an kepada orang lain yg tidak di perlukan.

Mereka biasanya menggunakan pisau yang disembunyikan, panah, racun sampai hashis. Mereka membunuh setiap target secara diam2, atau memberikan hashis kepada targetnya terlebih dahulu yg mengakibatkan targetnya kehilangan kesadaran dan bisa dengan mudah di habisi atau di kecoh.

Tapi terkadang, mereka membunuh target mereka di hadapan khalayak ramai juga dan terkadang di lakukan di pasar, dan di masjid, agar banyak yang dapat melihat dan hal ini memberikan reputasi menakutkan terhadap organisasi mereka.

Kaum Hashshashin juga termasuk kelompok pertama yang menggunakan sinyal pantulan cermin di siang hari untuk berkomunikasi dengan basis terdekat, khususnya sekitar alamut. Di malam hari mereka menggunakan sinyal api.

Penggunaan alat canggih dan modern pada saat itu di karenakan banyak di antara anggota Kaum Hashshashin adalah para ilmuan cerdas seperti Nasir al-Din al-Tusi yg menemukan rumus "hukum sinus" (law of sines)

Quote:
Para Hashshashin memiliki seni bela diri yang disebut Janna yang mengandung teknikmenyerang titik fital pada tubuh musuh yang membuat mereka menjadi pejuang yang lain dari yang lain.

Mereka juga sering kali membunuh dengan taktik politik seperti peristiwa Nishapur Fakhr al-Mulk, yg dibunuh seorang Hashshashin. Hashshashin tersebut membiarkan dirinya tertangkap dan mengaku bahwa rencana tersebut didukung oleh 12 orang pejabat istana sultan, maka ke 12 orang tersebut di ekseskusi dengan tuduhan perencanaan makar, padahal sebenarnya ke 12 orang adalah orang setia dan hashasin melakukannya membunuh 13 musuh hanya dengan satu tusukan.

Pada akhirnya sekte Hasshashin ini menjadi sekte pembunuh profesional dengan skill yg tangguh, reputasi yg mengerikan dan di dukung dengan teknologi canggih jaman itu dan menerima kontrak demi kepentingan politiknya.

Kaum Hasshashin terkadang menerima kontrak dari pihak luar islam juga seperti yg paling terkenal pembunuhan terhadap Conrad de Montferrat raja Jerussalem sebelum sempat di mahkotai
Konon Richard the Lionheart (raja inggris) yang dicurigai membayar mereka untuk membunuh Conrad de Montferrat karena politik internal para kesatria crusader.

Korban-korban yang terkenal diantaranya Wazir Abbasiyah Nizam al-Mulk (1092), Wazir Fatimiah al-Afdal Shahanshah (1122), Ibn al-Khashshab dari Aleppo (1125), al-Bursuqi dari Mosul (1126), Raymond II dari Tripoli (1152), Conrad de Montferrat (1192), dan pangeran Edward (kemudian menjadi Edward I dari Inggris) hampir meninggal terkena pisau beracun Hashshashin pada tahun 1271

Sekte ini sudah sejak lama mau di hancurkan oleh berbagai kekuatan seperti: Fatimiyah, Turki Seljuk, Saladin bahkan oleh Templar dan Crusader sekalipun sekte ini tetap eksis, tapi pada akhirnya sekte ini berhasil di hancurkan oleh bangsa mongol di bawah pimpinan Hulagu Kahn yg berhasil menggempur markas utamanya di Benteng Alamut tahun 1272.